Budaya Kerja
1. Pengertian Budaya Kerja
Menurut kamus Webster, budaya adalah
ide, adat, keahlian, seni, dan lain-lain yang diberikan oleh manusia dalam
waktu tertentu. Budaya menyangkut moral, sosial, norma-norma perilaku yang
mendasarkan pada kepercayaan, kemampuan dan prioritas anggota organisasi.
Budaya kerja merupakan sistem nilai,
persepsi, perilaku dan keyakinan yang dianut oleh tiap individu karyawan dan
kelompok karyawan tentang makna kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai
tujuan organsiasi dan individual.
Budaya kerja penting
dikembangkan karena dampak positifnya terhadap pencapaian perubahan
berkelanjutan ditempat kerja termasuk peningkatan produktivitas ( kinerja ).
Budaya kerja diturunkan dari budaya
organisasi. Budaya Organisasi itu sendiri merupakan sistem nilai yang
mengandung cita-cita organisasi sebagai sistem internal dan sistem eksternal
sosial. Hal itu tercermin dari isi visi, misi, dan tujuan organisasi. Dengan
kata lain, seharusnya setiap organisasi memiliki identitas budaya tertentu
dalam organisasinya. Dalam perusahaan dikenal sebagai budaya korporat dimana
didalamnya terdapat budaya kerja.
Kekuatan yang paling kuat
mempengaruhi budaya kerja adalah kepercayaan dan juga sikap para pegawai.
Budaya kerja dapat positif, namun dapat juga negatif. Budaya kerja yang
bersifat positif dapat meningkatkan produktifitas kerja, sebaliknya yang
bersifat negatif akan merintangi perilaku, menghambat efektivitas perorangan
maupun kelompok dalam organisasi.
Aktualisasi budaya kerja produktif
sebagai ukuran sistem nilai mengandung komponen-komponen yang dimiliki seorang
karyawan, yakni :
1. Pemahaman
substansi dsar tentang makna bekerja
2. Sikap
terhadap pekrjaan dan lingkungan pekerjaan
3. Perilaku
ketika bekerja
4. Etos
Kerja
5. Sikap
terhadap waktu
6. Cara
atau alat yang digunakan untuk bekerja.
Semakin positif nilai komponen-komponen budaya
tersebut dimiliki oleh seseorang karyawan, maka akan semakin tinggi kinerjanya.
Ceteris paribus. Agar budaya kerja
dapat tumbuh berkembang dengan subur dikalangan karyawan dan staf, maka
dibutuhkan pendekatan-pendekatan melalui tindakan manajemen puncak dan proses
sosialisasi
1. Tindakan
manajemen puncak
a.
Apa yang dikatakan manajemen puncak akan menjadi panutan.
b. Bagaimana
manajemen puncak berperilaku akan menunjukkan karyawan bersikap dalam
berkomunikasi dan berprestasi untuk mencapai standar kerja perusahaan.
c. Bagaimana manajemen puncak
menegakkan norma-norma kerja akan menumbuhkan integritas dan komitmen karyawan
yang tinggi.
d. Imbalan dan
hukuman yang diberikan manajemen puncak akan memacu karyawan untuk meningkatkan
semangat dan disiplin kerja.
2. Proses
Sosialsiasi
Proses sosialisasi dilakukan dalam
bentuk advokasi bagi karyawan baru untuk penyesuaian diri dengan budaya
organisasi. Sosialisasi dilakukan ketika mereka sedang dalam tahap penyeleksian
atau pra tanda tangan.
Tiap calon karyawan mengikuti
pembelajaran sebelum diterima. Setelah diterima para karyawan baru melihat
kondisi organisasi sebenarnya dan menganalisis harapan-kenyataan, antara lain
lewat proses orientasi kerja. Pada tahap ini para karyawan berada dalam tahap
“perjuangan” untuk menentukan keputusan apakah sudah siap menjadi anggota
sistem sosial perusahaan, ragu-ragu ataukah mengundurkan diri.
Ketika karyawan sudah memutuskan
untuk terus bekrja, namun prsoes perubahan relatif masih membutuhkan waktu yang
lama, maka tiap karyawan perlu difalisitasi dengan pelatihan dan pengembangan
diri secara terencana.
Dalam hal ini, karyawan harus
membuktikan kemampuan diri dalam penguasaan ketrampilan kerja yang disesuaikan
dengan peran dan nilai serta norma yang berlaku dalam kelompok kerjanya sampai
mencapai tahap metamorfosis.
Secara keseluruhan keberhasilan
proses sosialisasi akan sampai pada tahap internalisasi yang diukur dari (1)
Produktivitas Kerja, (2) Komitmen pada tujuan organisasi, dan (3)
Kbesamaan dalam organisasi
Jadi budaya kerja yang dibentuk dari budaya organisasi akan
berdampak pada kinerja dan produktivitas. Hal ini tercermin dari sikap karyawan
dalam memandang pekerjaannya, sikap dalam bekerja, etos kerja, dan pemanfaatan
waktu dalam bekerja.
Agar dapat terlaksana dengan baik, harus ada langkah-langkah
yang harus diambil dari pihak manajemen dan proses sosialisasi, sehingga budaya
kerja yang ada dapat terinternalisasi dalam setiap kegiatan pekerjaan
sehari-hari.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi
Budaya Kerja
Menurut pendapat para ahli,
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya kerja adalah sebagai berikut :
1. Perilaku
pemimpin
2. Seleksi
para pekerja
Dengan menempatkan pegawai yang tepat dalam kedudukan yang
tepat, akan menumbuhkembangkan rasa memiliki dari para pegawai.
3. Budaya
Organisasi
Setiap organisasi memiliki budaya kerja yang dibangun sejak
lama.
4. Budaya
Luar
Didalam suatu organisasi, budaya dapat dikatakan lebih
dipengaruhi oleh komunitas budaya luar yang mengelilinginya.
5. Menyusun
misi perusahaan dengan jelas
Dengan memahami misi organisasi secara jelas maka akan
diketahui secara utuh dan jelas sesuatu pekejaan yang seharusnya dilakukan oleh
para pegawai.
6. Mengedepankan
misi perusahaan
Jika tujuan suatu organisasi sudah ditetapkan, setiap
pemimpin harus dapat memastikan bahwa misi tersebut harus berjalan.
7. Keteladanan
pemimpin
Pemimpin harus dapat memberi contoh budaya semangat kerja
kepada para bawahannya
8. Proses
pembelajaran.
Pembelajaran pegawai harus tetap berlanjut. Untuk
menghasilkan budaya kerja yang sesuai, para pegawai membutuhkan pengembangan
keahlian dan pengetahuan.
9. Motivasi
Pekerja membutuhkan dorongan untuk turut memecahkan masalah
organisasi lebih inovatif.
Dengan demikian pemimpin dapat mengembangkan budaya kerja
yang adil melalui peningkatan daya pikir pegawai dalam memecahkan masalah ayng
ada secara efektif dan efisien.
Selanjutnya yang dimaksud budaya kerja dalam penelitian ini
adalah kondisi dan iklim kerja yang diciptakan oleh pimpinan dan diberlakukan
dalam organisasi untuk dijadikan pedoman sikap dan perilaku pegawai dalam
melaksanakan tugas.
Jadi dalam rangka mengaktualisasikan budaya kerja sebagai
ukuran sistem nilai dalam bekrja yang pertama kali harus diupayakan adalah
penanaman dalam sikap mental karyawan yang meliputi pemahaman dan pelaksanaan
dalam sikap dan pelaksanaan pekerjaannya sehari-hari.
Selain itu perilaku pemimpin merupakan faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan budaya kerja dalam suatu organisasi. Dalam hal ini
diperlukan keteladanan sikap untuk dapat dijadikan contoh dan panutan oleh
semua karyawan, juga kebijakan dalam menentukan arah, tujuan serta visi dan
misi suatu organisasi yang akan juga dijadikan landasan dalam pelaksanaan
budaya kerja.
Budaya Kerja Rumah sakit
Budaya Melayani
Sesuai dengan perkembangan baaru dalam Paradigma pelayanan, budaya kerja rumah sakit yang positif adalah budaya kerja melayani, caranya adalah dengan contoh membiasakan arah orientasi tindakan dan sikap serta perilaku kepada kepentingan orang lain yang dilayani, bukan kepentingan sendiri.
Namun, apabila orientasi tindakan ke arah kepentingan diri sendiri akan bertentangan dengan "Budaya Kerja Melayani" tersebut diatas. contoh tindakan budaya negatif adalah karyawan rumah sakit yang suka membolos atau terlambat daytang kemudian perawat yang kurang perhatian terhadap pasien orang miskin, dan dokter menyuruh pasien membeli obat atau alat di Apotik tertentu.
Budaya
Mutu
Peningkatan mutu lebih menjadi prioritas dibandingkan profit, walau harus tetap seimbang.
Seiring peningkatan mutu akan diperoleh peningkatan penghaasilan.
Sumber : http://mmunsoed27.files.wordpress.com
Budaya Kerja dalam Perkantoran
PEMAHANAN WAWASAN BUDAYA
DALAM DOMAIN PERKANTORAN
Meskipun kantor-kantor di Indonesia sudah banyak
ditingkatkan kualitasnya menuju modernisasi, efisiensi dan efektivitas,
kebanyakan masih menggunakn pola budaya kerja yang konvensional. Kantor pada
umumnya mempunyai staf yang banyak jumlahnya, dan pekerjan masih dilakukan
secara manual karena belum semuanya mengenal dan menguasai teknologi informasi.
Administrasi bersifat hirarkikal dan tersegmentasi. Pekerjaan dilakukan dalam
irama santai, sesuai dengan istilah “alon-alon
asal kelakon” (bahasa Jawa), yang dapat diterjemahkan menjadi “biar lambat asal selamat” (bahasa
Indonesia). Karena itu kecuali pada kantor-kantor yang telah menerapkan
manajemen berkualitas, pada umumnya layanan perkantoran berjalan lamban. Orang
biasanya harus sabar menunggu petugas yang khusus diberi tugas tertentu, dan
urusan tidak selalu tuntas pada satu saat.
Pegawai administrasi tingkat menengah ke bawah
pada umumnya bergaji relatif rendah, sehingga mereka harus pandai-pandai
mengatur atau menambah pendapatan dengan berbagai cara, supaya keperluan
keluarga bisa tercukupi. Karena itu, pada saat pegawai harus bekerja di kantor,
adakalanya mereka datang terlambat atau keluar kantor untuk berbagai keperluan
lain, misalnya makan pagi, melakukan kegiatan ekonomi seperti bertransaksi
bisnis, atau melakukan kegiatan antar-jemput anaknya yang bersekolah.
Dalam budaya Jawa dikenal pula istilah “guyub rukun”, yang menunjukkan bahwa
masyarakat Jawa gemar melakukan kegiatan sosial dan bercengkerama untuk
menunjukkan keakraban mereka sebagai bagian dari pola hidup masyarakat. Hal ini
juga berdampak pada kondisi kerja di kantor. Karena jumlah pegawai cukup
banyak, mereka lazim bersosialisasi dan bercakap-cakap satu dengan yang lain,
atau membaca koran di kantor pada saat jam kantor.
Pada masyarakat internasional, pola hidup dan
budaya kerja masyarakat lebih dinamis dan bersifat individual. Orang lebih
mengutamakan prestasi kerja. Kantor hanya memiliki pegawai terbatas, yang mampu
melaksanakan berbagai tugas dengan didukung oleh peralatan dan data melalui
teknologi informasi. Tidak heran jika layanan perkantoran berlangsung cepat,
efektif, dan efisien.
Masalah pada Kontak
Budaya: Perbedaan budaya
kerja tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah tatkala terjadi kontak
budaya, terutama bagi penutur asing yang baru pertama kali memasuki lingkungan
budaya kerja dalam budaya lokal tersebut. Masalah yang dihadapi adalah seperti
berikut ini:
1. Urusan tidak dapat segera diselesaikan, dan
belum tentu bertemu dengan petugasnya.
2. Petugas yang
dicari tidak selalu berada di tempat.
3. Orang perlu sabar menunggu tanpa ada kepastian
yang jelas kapan urusannya dapat diselesaikan.
Sumber :
http//xa.yimg.com
Budaya Kerja dalam Perusahaan
BUDAYA PERUSAHAAN
Sebagaimana
teman-teman ketahui bahwa belakangan ini perusahaan kita sedang giat-giatnya
membentuk atau mencanangkan Budaya Perusahaan yang akan diterapkan dalam
lingkungan perusahaan kita. Kami Pengurus SP KMO-HLP mencoba memberikan sedikit
pencerahan apa, bagaimana dan apa pentingnya serta proses penentuan Budaya
Perusahaan bagi perusahaan tercinta kita.
Agar
setiap insan PT. Gapura Angkasa memiliki pedoman dan pegangan yang sama dalam
bertindak & berperilaku, selain dibutuhkan pedoman tata kelola perusahaan
(Code of Corporate Governance), juga diperlukan pedoman perilaku perusahaan
(Code of Conduct) yang berlaku secara umum dan harus ditaati & dipatuhi.
Pedoman
perilaku tersebut dimaksudkan sebagai panduan bagi setiap insan PT.Gapura
Angkasa yang diharapkan dapat memberikan kejelasan tindakan yang harus
dilakukan dan ditaati sesuai dengan nilai-nilai korporasi yang telah dibangun.
Sebenarnya
Manajemen kita telah menetapkan nilai-nilai Budaya kerja sebagai pedoman
berperilaku dan berpikir serta bersikap dan bertindak, yang tediri dari :
-
safety & Security
-
Customer Focus
-
Do with Integrity
-
High Productivity
-
Leading by Inovation
Meskipun
ke lima nilai-nilai Budaya Kerja tersebut telah ditetapkan berlaku secara umum,
namun implementasinya belum dapat berjalan karena kurang sesuai dengan tuntutan
bisnis PT.Gapura Angkasa.
Kondisi
seperti itu yang menyebabkan manajemen memandang perlu untuk segera melakukan
pendalaman dan perumusan kembali terhadap nilai-nilai inti yang telah dimiliki,
disamping melakukan pendalaman dan kajian tentang kemungkinan diperlukannya
nilai-nilai inti yang baru, sesuai dengan tuntutan perkembangan dan perubahan
yang terjadi
Adapun
yang melatar belakang pencanangan Budaya Kerja Perusahaan yang baru
adalah :
• RJPP (Rencana Jangka Panjang
Perusahaan) telah menetapkan visi dan misi perusahaan yang baru sehingga
perlu didukung dengan implementasi serta internalisasi budaya kerja yang tepat.
• Kebutuhan akan transformasi paradigma lama menuju
paradigma baru terutama yang berkaitan dengan aspek budaya kerja.
Setelah
melakukan Riset Pendalaman Nilai Inti dan Perilaku Kunci dari Nilai-Nilai yang
telah ditetapkan, dengan melalui proses yang terdiri dari :
A. FGD
(Focus Group Discussion) Pendalaman nilai Budaya Kerja
Dalam
tahap ini disusun kelompok Focus Group Discussion yang terdiri dari 6 responden
dan maksimal 10 dalam tiap group, kelompok FGD ini berasal dari kelompok level
management yang sama, yang dinilai mewakili pegawai di level top management,
midle management & fungsional, dalam hal ini FGD diwakili dari Cab. CGK,
CGO, Cab HLP dan KP. Adapun maksud FGD ini adalah untuk pengumpulan data,
guna menjaring pendapat dan usulan dari seluruh responden para peserta FGD
berkaitan dengan nilai-nilai Budaya kerja PT.Gapura Angkasa.
B. Perumusan
nilai Budaya Kerja
Hasil
dari tahap pertama yang berupa usulan nilai-nilai Budaya kerja PT.Gapura
Angkasa dari setiap kelompok pegawai/management dibawa kedalam forum diskusi
tim counterpart, dan selanjutnya melakukan diskusi untuk membandingkan
pendapat-pendapat yang ada dengan melihat berbagai alternatif dan tingkat
kepentingan serta tantangan dimasa yang akan datang. Dari kegiatan tahap kedua
ini diperoleh konfigurasi 5 Nilai Budaya Kerja yang dianggap relevan bagi
kondisi perusahaan kita. Tiga diantaranya masih sama dengan nilai sebelumnya,
sementara dua lainnya merupakan nilai yang baru.
Adapun
usulan Nilai Budaya Kerja yang di syahkan penetapan oleh Direksi adalah:
Nilai-Nilai Budaya ini tidak ada prioritas paling utama, semua
menjadi prioritas yang harus dipatuhi dalam bersikap dan bertingkah laku oleh
management ataupun karyawan.
Untuk
mempermudah dalam pemahaman ke 5 Budaya Kerja tersebut, maka setiap budaya
kerja dibuat definisi Operasional
Utamakan Keselamatan
dan Keamanan
Definisi
Operasional : menyadari & memahami bahwa bekerja didalam industri
penerbangan sarat dengan peraturan/regulasi, standard keselamatan dan keamanan
yang tinggi (highly regulated industry) sehingga didalam memberikan pelayanan
terhadap pelanggan kami mengedepankan faktor keselamatan dan keamanan dengan
tetap memperhatikan etika dan kepentingan ekonomi perusahaan.
Fokus pada Pelanggan
Definisi
Operasional : mengutamakan kepentingan pelanggan yang akan menikmati setiap
upaya kerja yang dihasilkan dengan dilandasi sikap saling menghargai delam
hubungan sebagai mitra bisnis.
Integritas
Definisi
Operasional : Senantiasa berpedoman kepada Ketuhanan yang Maha Esa dengan
menerapkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, kehrmatan, tanggung jawab,
keteladanan, menyatukan pikiran, kata dan perbuatan, berani mengambil resiko
selaku profesional dengan mengikuti kode etik dan norma-norma yang berlaku
dalam menjalankan organisasi sehingga tercapai tata kelola perusahaan
yang baik dan benar.
Peduli pada SDM
Definisi
Operasional : Menghargai SDM sebagai modal manusia (Human Capital) perusahaan
dengan membangun SDM yang berkualitaas, kesejahteraan dan bermartabat.
Kinerja Optimal
Definisi
Operasional : Bekerja secara profesional dengan mengutamakan efektifitas dan
efisiensi dalam kesatuan tim kerja perusahaan yang solid dan senantiasa
melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Dan
program selanjutnya yang akan dilakukan agar Budaya Kerja ini dapat
terimplemetasi dengan baik adalah :
- Persiapan Implementasi Nilai-nilai Budaya Perusahaan Melalui Pembentukan Change Agents oleh Konsultan & Tim Counterpart.
- Membentuk dan Menyiapkan Pembina Utama dan Mitra Pengubah.
- Pembuatan Reminder Tools.
- Internalisasi dan Penguatan Nilai-nilai Inti Budaya Kerja Kepada Sel-sel Pengubah.
- Sosialisasi Nilai-nilai Inti Budaya Kerja Kepada Seluruh Pegawai Gapura Angkasa
Nilai-nilai
Budaya Kerja yang telah ditetapkan, sesungguhnya merupakan cerminan atas
konsepsi nilai, keyakinan & juga pedoman perilaku nilai yang telah
diidentifikasi, ditunjukan dan diusulkan oleh seluruh jajaran organisasi.
Rumusan
Nilai-Nilai Budaya Kerja dalam kalimat pendek dan sederhana dalam Bahasa
Indonesia diyakini dan diharapakan sangat membantu memudahkan pemahaman dan
implementasinya oleh semua karyawan.
Sumber
: http://sp-kmohlp.blogspot.com/2011/12/budaya-perusahaan.html